Penyebab Polusi Udara Jakarta Yang Makin Buruk – PLTU VS Kendaraan Bermotor?

Penyebab Polusi Udara Jakarta Yang Makin Buruk – PLTU VS Kendaraan Bermotor?

Beberapa bulan terakhir, kita tentu tahu, bahwa udara di Ibukota Jakarta semakin buruk dari hari ke hari. Banyak kontroversi terhadap anggapan penyebab udara yang buruk ini. Pemerintah, seperti yang bisa kita lihat, bersikukuh bahwa polusi tersebut berasal dari kendaraan bermotor, sehingga mereka mendesak masyarakat untuk beralih ke kendaraan listrik. Namun, pada kenyataannya, penyebab utama udara buruk adalah aktivitas PLTU yang ada di sekitar Jakarta. Lantas, sebenarnya mana yang benar penyebab polusi udara Jakarta yang makin buruk – PLTU Vs kendaraan Bermotor? 

Fakta Tentang PLTU yang Dianggap Penyebab Polusi Jakarta

Meski pemerintah terus mengelak, fakta Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) memang menjadi penyebab utama polusi udara di Jakarta, tidak bisa dibantah lagi. Ini bisa dilihat dari acara KTT ASEAN yang terselenggara beberapa hari kemarin.

Pada saat itu, 4 unit PLTU Suralaya menurunkan dayanya dan di saat yang bersamaan, langit Jakarta terlihat lebih cerah dibanding sebelumnya. Ini membuka fakta bahwa PLTU memang menjadi penyebab utama udara buruk di Ibukota. 

Berikut adalah beberapa fakta terkait PLTU dan dampaknya pada polusi:

  1. Emisi Gas Rumah Kaca

PLTU yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar menghasilkan emisi gas rumah kaca utama, terutama karbon dioksida (CO2). 

Karbon dioksida adalah salah satu gas yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim.

  1. Emisi Partikulat

Selain CO2, PLTU batubara juga menghasilkan partikulat berukuran mikro (PM2.5) dan partikulat yang lebih besar (PM10). 

Partikulat ini dapat mengendap di paru-paru manusia dan menyebabkan masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan.

  1. Emisi Gas Beracun

PLTU yang menggunakan batubara juga menghasilkan emisi gas beracun seperti sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen dioksida (NO2). 

Gas-gas ini dapat merusak sistem pernapasan dan berkontribusi pada polusi udara.

  1. Sumber Polusi Udara Lokal

PLTU dapat menjadi sumber polusi udara lokal di sekitarnya. Polusi dari PLTU dapat berdampak pada kualitas udara di daerah sekitarnya, yang dapat membahayakan kesehatan penduduk setempat.

Untuk mengurangi dampak polusi udara dari PLTU, perlu ada pengendalian emisi yang ketat, seperti penggunaan teknologi yang lebih bersih atau peralihan ke sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan.

 

Menilik Polusi Kendaraan Bermotor di Jakarta

Jika PLTU adalah penyebab utama polusi di Jakarta, maka kendaraan bermotor adalah penyebab selanjutnya. 

Ini memang menjadi masalah serius sejak lama. Pemerintah Kota Jakarta pun telah berupaya semaksimak mungkin mengatasi hal ini. Dengan cara menciptakan transportasi umum yang terintegrasi. 

Meskipun transporatsi umum di Jakarta telah memadai mulai, namun tetap saja, Jakarta tetap padat akan kendaraan pribadi. 

Berikut adalah beberapa fakta terkait polusi kendaraan bermotor di Jakarta:

  1. Jumlah Kendaraan Bermotor yang Tinggi

Jakarta memiliki salah satu tingkat kepemilikan kendaraan bermotor tertinggi di dunia. Jumlah kendaraan yang sangat besar, termasuk mobil pribadi, sepeda motor, dan angkutan umum, berkontribusi pada tingginya tingkat emisi polutan di udara.

  1. Emisi Gas Buang

Kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan mesin bensin atau diesel, menghasilkan emisi gas buang yang mengandung berbagai zat pencemar udara, termasuk karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), dan partikulat (PM2.5 dan PM10).

  1. Penyebab Utama Polusi

Kendaraan bermotor merupakan penyebab utama nomor dua polusi udara di Jakarta. Emisi dari kendaraan ini berkontribusi pada polusi udara di sepanjang jalan-jalan kota, terutama selama jam sibuk.

  1. Kemacetan Lalu Lintas

Kemacetan lalu lintas yang sering terjadi di Jakarta tidak hanya menyebabkan gangguan lalu lintas, tetapi juga meningkatkan emisi kendaraan karena kendaraan harus berhenti dan bergerak dengan lambat dalam lalu lintas yang padat.

Polusi Yang Semakin Parah Karena Kemarau

Polusi udara di Jakarta juga diperparah dengan panjangnya musim kemarau. Selama musim kemarau ini, semua wilayah gersang, tidak jarang terjadi kebakaran yang memperburuk kualitas udara sebab asap yang mengepul. 

Kebakaran ini menghasilkan asap dan partikulat yang dapat mencemari udara, terutama jika terjadi di wilayah-wilayah yang jauh dari Jakarta tetapi asapnya terbawa angin ke kota.

Selama musim kemarau, curah hujan di Jakarta dan sekitarnya cenderung rendah atau bahkan tidak ada. 

Hujan biasanya membantu membersihkan partikulat dan polutan lainnya dari udara, sehingga kurangnya hujan dapat mengakibatkan peningkatan konsentrasi polusi udara.

Musim kemarau juga dapat meningkatkan emisi kendaraan bermotor. Jika terjadi kondisi cuaca yang panas dan kering, polusi udara dari kendaraan bermotor cenderung lebih tinggi karena kondisi ini dapat mempengaruhi pembakaran bahan bakar dan meningkatkan emisi gas buang.

Selama musim kemarau, beberapa wilayah di Indonesia juga mengalami peningkatan pelepasan gas alami seperti metana dari rawa-rawa yang mengering. 

Gas-gas ini bisa terbawa angin dan dapat berkontribusi pada pencemaran udara di Jakarta.

Topografi Jakarta yang datar dan pola angin di daerah tersebut dapat menyebabkan polusi terjebak dan sulit tersebar selama musim kemarau, meningkatkan konsentrasi polutan di udara.

Efek Polusi Pada Warga Ibu Kota

Polusi udara yang parah di Jakarta memiliki berbagai efek negatif pada warga ibu kota, di antaranya:

  • Masalah Pernapasan

Polusi udara yang tinggi mengandung partikulat dan zat-zat kimia berbahaya seperti karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), dan ozon. 

Paparan jangka panjang terhadap polutan ini dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma, bronkitis, dan peningkatan risiko infeksi saluran pernapasan.

  • Penyakit Kardiovaskular

Polusi udara juga telah terkait dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk serangan jantung dan stroke. 

Ini disebabkan oleh efek negatif polutan terhadap sistem kardiovaskular.

  • Iritasi Mata dan Tenggorokan

Paparan polusi udara dapat menyebabkan iritasi mata, tenggorokan, dan hidung. Ini dapat mengganggu kenyamanan sehari-hari warga Jakarta dan mempengaruhi produktivitas.

  • Dampak pada Kesehatan Anak-anak

Anak-anak, terutama yang memiliki sistem pernapasan yang masih berkembang, lebih rentan terhadap dampak polusi udara. 

Paparan jangka panjang dapat menghambat pertumbuhan paru-paru dan perkembangan sistem pernapasan mereka.

  • Peningkatan Mortalitas

Polusi udara yang tinggi juga telah dikaitkan dengan peningkatan angka kematian. Orang yang sudah memiliki masalah kesehatan yang mendasari, seperti penyakit pernapasan kronis, lebih rentan terhadap efek negatifnya.

  • Gangguan Kualitas Hidup

Polusi udara yang tinggi dapat mengganggu kualitas hidup warga Jakarta dengan membuat aktivitas luar ruangan menjadi kurang nyaman. Ini juga dapat membatasi kemampuan untuk berolahraga di luar ruangan.

  • Pengeluaran Kesehatan yang Tinggi

Warga Jakarta mungkin menghadapi pengeluaran kesehatan yang tinggi akibat penyakit yang terkait dengan polusi udara, seperti kunjungan ke dokter, obat-obatan, dan perawatan medis.

  • Dampak Sosial dan Ekonomi

Polusi udara yang parah juga dapat berdampak pada ekonomi dan sosial. Peningkatan penyakit dan absensi pekerja akibat masalah kesehatan dapat mengganggu produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Upaya Pemerintah Menanggulangi Polusi 

Polusi dari kendaraan bermotor ataupun PLTU ini dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma, bronkitis, dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.

Untuk mengurangi dampak polusi udara dari PLTU, perlu ada pengendalian emisi yang ketat, seperti penggunaan teknologi yang lebih bersih atau peralihan ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan seperti energi terbarukan.

Sedangkan, untuk mengatasi polusi kendaraan bermotor, pemerintah Jakarta telah mengambil berbagai langkah, termasuk mendorong penggunaan kendaraan ramah lingkungan seperti mobil listrik, memperketat standar emisi, dan membatasi kendaraan dengan plat nomor genap/ganjil selama jam-jam sibuk.

Upaya juga telah dilakukan untuk meningkatkan sistem transportasi publik di Jakarta, seperti kereta cepat dan bus cepat, untuk mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi dan mengurangi kemacetan.

Kampanye edukasi juga penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak polusi kendaraan bermotor atau PLTU dan mendorong perilaku yang lebih ramah lingkungan.

Sekarang, upaya terus dilakukan untuk mengurangi polusi kendaraan bermotor dan PLTU di Jakarta agar kualitas udara dapat ditingkatkan dan kesehatan masyarakat dapat terlindungi.